Festival yang dibuka pada 5
Februari dan berakhir 10 Februari mendatang itu, akan ditutup dengan penanaman
ratusan pohon mangrove di wilayah pesisir pantai Dusun Poton Bako, Desa
Jerowaru.
Ketua panitia, Lukmanul Hakim
menyampaikan apresiasi kepada Haji Edwin, yang telah memberikan support
sehingga festival Bale Mangrove yang di gagas oleh Pokdawis dan Pokmaswas
Kompas ini bisa terlaksana.
"Terima kasih kami sampaikan
kepada Bapak Haji. Edwin yang telah mendukung penuh Festival Bale Mangrove ini.
Ucap Lukman dari atas panggung, Sabtu (5/2)
Festival Bale Mangrove ini kata
Lukman, dimeriahkan dengan Lomba Balap Sampan, foto selfie kemudian paginya
sebelum lomba digelar, mereka melakukan kegiatan clean up Pantai bersama Haji.
Edwin, mahasiswa dan juga siswa/siswi SDN 4 Jerowaru.
Kadispora Lotim diwakili Sekdis,
dr. Kurnia Akmal mengatakan, pemerintah katanya sebenarnya butuh pemuda yang
bisa membawa perubahan (baper) sebagai Agent of change, bukan pemuda yang
hura-hura.
Pemuda itu katanya lagi adalah
mereka yang memiliki gagasan, inovasi, pekerja keras yang bisa menciptakan
peluang kerja, bersinergi dengan semua unsur. Sebagaimana dilakukan selama ini
oleh SPBU Pancor Peduli yang mana pada setiap gerakan sosialnya senantiasa
bersinergi dengan semua pihak.
"Ini adalah bagian dari
spirit pemuda untuk bersinergi sehingga bisa menghadirkan manfaat yang lebih
besar untuk masyarakat," ucapnya.
Sementara itu pendukung utama
Festival Bale Mangrove, Edwin Hadiwijaya, mengatakan, keberadaan Bale Mangrove
harus menjadi perhatian dari semua pihak. Bukan saja pemerintah tapi seluruh
elemen masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama menjaga lingkungan agar
tetap lestari.
Semangat pemuda menjaga
lingkungan patut diapresiasi. Untuk diketahui ketahui, tahun ini kata Edwin
Indonesia menerima bonus denografi. Bonus demografi itu adalah ketika penduduk
produktif itu lebih banyak daripada penduduk yang nonproduktif. Bonus inilah
yang mungkin dilihat oleh para pemuda sehingga bisa menciptakan lapangan kerja
sendiri.
Tanpa disadari gerakan pemuda
membuka akses wiasata sesungguhnya langkah strategis untuk menjaga ekosistem
hutan mangrove. Apabila hutan mangrove tidak ada maka tidak akan ada ekowisata
di Poton Bako. Terlebih program hutan mangrove ini dimulai sejak tahun 2021 dan
berkahir pada tahun 2024.
Di Indonesia kata Edwin, luas
hutan mangrove seperlima dari luas hutan mangrove dunia. Sementara di NTB
sekitar sepuluh persen (1300 hektar) tersebar di seluruh wilayah NTB.
"Hutan mangrove inilah yang
memberikan Indonesia insentif positif dan hutan mangrove ini menyerap emisi
karbon dari kendaraan bermotor, PLTU hampir lima kali lipat dari kemampuan
hutan trofis," jelas Edwin. (Fik)