Thursday, June 23, 2022, June 23, 2022 WIB
Last Updated 2022-09-06T14:03:42Z
BeritaHeadlineInternasional

Bahasa Indonesia Semakin Terkenal Di Arab Saudi

Makkah, Edigital.My.Id _ Puluhan ribu jemaah haji Indonesia pertama kali tiba di Arab Saudi. Setelah tinggal di Madinah selama delapan hari, sebagian pergi ke Mekah. 

Selama tinggal di Madinah, ia menunaikan shalat Jama'ah sebanyak 40 kali di Masjid Nabawi yang dikenal dengan Arba'een. Ia juga mengunjungi makam Nabi Muhammad, mengunjungi Raudah, dan mengunjungi beberapa situs bersejarah di Madinah, seperti Masjidil Haram, Jebel Uhud, makam Baki, Masjid Kiblatin, dan Museum Kereta Api Hijaz. 

Setelah 8 hari atau 40 jam salat, jemaah berangkat ke Mekkah untuk persiapan haji. Madinah merupakan kota yang banyak diidamkan, menjadi tujuan dan tujuan banyak peziarah dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Jadi keragaman dari orang-orang dari berbagai negara telah menjadi sangat umum di sini. 

Meskipun bahasa Arab adalah bahasa resmi Arab Saudi, bagi yang tidak bisa berbahasa Arab, tidak perlu khawatir atau panik di tempat-tempat umum di medina ibu kota, di masjid, mall, dan tempat usaha lainnya. Karena Indonesia kini sangat populer di kota ini, termasuk Masjid Nabawi untuk mencari cara dan sarana komunikasi dengan para penjual. 

Saat memasuki area sekitar Masjid Nabawi, ditemukan banyak papan petunjuk dalam bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia. Misalnya, doa dan bimbingan yang berharga bagi wanita. Tentu hal ini akan sangat memudahkan Konferensi Indonesia untuk membantunya menghindari salah arah. 

Menurut Abdurahman, penjaga Masjid Nabawi, penggunaan rambu-rambu jalan di Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah konferensi terbanyak di ibu kota. Jamaah haji Indonesia terutama ramai pada musim haji, terutama di Masjid Nabawi. Oleh karena itu, bahasa Indonesia digunakan pada berbagai baliho untuk memudahkan para tamu Tuhan. 

 “Mereka sangat sibuk di sini untuk memudahkan para peziarah dari Indonesia,” kata Abdurahman. 

Ini didasarkan pada kenyataan. Saat ini, ribuan jemaah haji Indonesia memenuhi Masjid Nabawi setiap hari. Maka tak heran jika di masjid, di setiap sudut, pasti bertemu dengan orang-orang beriman Indonesia. 

 Ketika Anda meninggalkan masjid, Anda akan menemukan jemaah Indonesia di setiap pintu. Padahal, di salah satu pilar konferensi di Masjid Nabawi, gurunya adalah orang Indonesia. Kehadiran mereka memunculkan duta-duta kampanye bahasa Indonesia di Madinah. 

 Mereka patut disebut duta karena berhasil menarik para pedagang ke daerah sekitar Masjid Nabawi dan belajar bahasa Indonesia. Maka jangan heran ketika kita pergi ke atau dekat Masjid Nabawi, kita melewati toko-toko di Indonesia di kiri dan di kanan dengan salam. 

 Meski penggunaan kata dan ekspresinya singkat, namun hal itu mengundang kita untuk mampir ke toko. Diskusi sederhana itu, sama seperti murah, mari kita lihat dulu barang bagus, model baru, diskon, dan pengiriman gratis. 

Ketika memasuki toko, meskipun mereka berbicara sedikit bahasa Arab, mereka memilih jawaban dan menggunakan bahasa Indonesia. Misal ini harga sebenarnya, mungkin bisa lebih murah, harganya lebih murah, tidak, terima kasih; Dan tentunya nama dan angka serta perhitungan barang yang dijual di Indonesia. 

Penggunaan bahasa Indonesia oleh para pedagang ini bertujuan untuk menarik pembeli Indonesia, meskipun terkadang pengucapan dan arti kata sering menyesatkan. Selain pasar, tempat umum lainnya, seperti penjaga hotel, sering berbahasa Indonesia. 

Apalagi rata-rata pekerjanya bukan dari Arab tapi dari Bangladesh, India dan negara lain. Jemaah haji Indonesia kini dapat dengan mudah bertemu di tempat-tempat umum. Selain bahasa Indonesia, bahasa isyarat merupakan bahasa utama jamaah haji Indonesia. 

Hal ini merupakan suatu kehormatan untuk menjadi seorang peziarah Indonesia. Meski Pilar dan Ziarah difokuskan di Mekah, wisatawan Indonesia diberi kesempatan untuk tinggal di Madinah selama 8 hari dan ini merupakan kunjungan terlama ke Madinah selama haji. [Mohammed Nasril (Petugas Haji Indonesia dari Aseh di Sektor 3)


sumber: Kemenag.go.id