I Ketut Ngawit (kiri) Sudirman (tengah) Ginang Adiatma (kanan)
Program pelatihan ini dibuka oleh ketua kelompok KKN Ginang Adiatma dihadiri oleh Kepala Desa Sukarara, Sudirman, S.Pd, Dosen Pendamping Lapangan Ir. I Ketut Ngawit, MP, kelompok petani peternak Desa Sukarara, Kecamatan Sakra Barat, Lombok Timur.
Pelatihan pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak menjadi Kompos menurut Ginang, sebagai bahan edukasi agar masyarakat petani tidak terus bergantung pada pupuk konvensional yang semakin langka dan mahal.
"Tujuan kami mengadakan kegiatan pelatihan teknis pembuatan pupuk organik ini untuk membantu meringankan beban petani akibat harga pupuk yang mahal selain membantu peternak mendapatkan nilai manfaat dari kotoran ternaknya," kata Ginang, Kamis, 14 Juli 2022.
Desa dengan luas 520 meter persegi, terdiri dari 10 Dusun dengan jumlah populasi penduduk 6420 jiwa atau 2417 KK ini, menurut Kepala Desa Sukarara, Sudirman, S.Pd, mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak.
Dengan diadakannya program teknis pembuatan pupuk organik oleh Mahasiswa KKN Tematik Unram 2022 menurutnya, alternatif tepat guna dan tepat sasaran. Sehingga nantinya saat musim tanam tiba, petani tidak melulu bergantung pada pupuk konvensional.
Oleh karenanya, pelatihan teknis pembuatan pupuk organik oleh Mahasiswa disambut baik oleh Kades Sukarara dengan memanfaatkan kotoran ternak sehingga bisa menekan biaya produksi petani.
"Kami hanya minta ilmu dari Mahasiswa yang bisa ditularkan kepada masyarakat kami terkait teknis pembuatan pupuk organik sehingga hasil panen petani kami nantinya bisa lebih maksimal," kata Sudirman, saat menghadiri sosialisasi di kantornya.
DPL Mahasiswa Tematik Unram 2022 Desa Sukarara, Ir. I Ketut Ngawit, MP, menjelaskan secara teknis bahan campuran yang perlu disiapkan ketika hendak membuat pupuk organik menjadi kompos itu sangat mudah yakni memanfaatkan kotoran ternak yang ada disekitar kita.
Pada sesi diskusi, menjawab pertanyaan petani terkait pupuk kandang yang belum diolah menjadi pupuk organik kemudian dipaksakan ditabur pada lahan atau tanaman di sawah maka menurutnya hal itu bisa merusak tanaman karena masih berbentuk kotoran. Beda apabila pupuk kandang tersebut ditabur sebelum mulai tanam atau pada lahan perkebunan.
Jamur bakteri patogen yang melekat di rumput pada kotoran ternak masih mengandung virus mosaik. Proses pelapukannya masih mentah karena masih ada celah oksigen masuk sehingga mengakibatkan hilangnya unsur hara jika tidak di tutup dengan rapi.
Ditemui media usai melihat langsung limbah kotoran hewan milik salah seorang peternak Desa Sukarara bersama Mahasiswanya, I Ketut Ngawit, mengatakan, kelemahan keberadaan pupuk kandang ini masih dibiarkan terurai begitu saja tanpa fermentasi.
Ia menyarankan jika ingin menjadikan kotoran hewan itu menjadi pupuk organik tinggal dibersihkan (ayak) baru kemudian dicampur dengan E4 "Tapi waktu campurnya setelah bersih," saran Ngawit.
Untuk satu ton kotoran hewan disarankan campuran E4 dua hingga tiga Liter larutan. Satu ton itu konsentrasinya 3 CC per satu liter air. Penyemprotan bisa dilakukan setelah tanaman berumur 14 hingga 21 hari.
Sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang bertanggung jawab pada mahasiswanya, ia terus memberikan motivasi pada mahasiswanya agar memberikan edukasi kepada masyarakat supaya memanfaatkan potensi yang ada lebih maksimal untuk kepentingan masyarakat.
"Makanya, saya sarankan kepada anak-anak didik bantu mereka membersihkan, mengayak seperti pada petunjuk teknis. Ikuti saja proses, bantu petani menerapkan dan lihat hasilnya," tutupnya (Fik)